![]() |
Gubernur Aceh, Muzakir Manaf, dalam pembukaan Aceh Ramadhan Festival 2025 di Halaman Masjid Raya Baiturrahman, Banda Aceh, pada Rabu (12/3/2025) lalu. (Foto: Dok. Koran Aceh). |
Aceh dukung penuh film sejarah Aceh-Ottoman. Pemerintah siap libatkan tim ahli
dan sediakan data sejarah demi film yang otentik dan mendidik.
koranaceh.net ‒
Pemerintah Aceh menyambut antusias rencana produksi film kolaboratif antara
Indonesia dan Turki yang akan mengangkat kisah hubungan historis antara
Kesultanan Aceh dan Kekaisaran Ottoman.
Dukungan tersebut disampaikan Gubernur Aceh H. Muzakir Manaf melalui Kepala
Biro Administrasi Pimpinan Setda Aceh, Akkar Arafat, sebagai respons atas
inisiatif Menteri Kebudayaan RI, Fadli Zon, yang menyampaikan ide tersebut
saat kunjungan ke Ankara, Turki.
Baca Juga :
Hilangkan Bukti-Bukti Sejarah, Aceh Akan Hilang Sendirinya
“Bapak Gubernur menyambut dengan antusias rencana besar ini. Pemerintah Aceh
siap memberikan dukungan penuh, termasuk mengikutsertakan tim terbaik untuk
melakukan kajian mendalam terhadap sejarah hubungan Aceh dan Ottoman,” kata
Akkar Arafat dalam keterangan resminya yang diterima media, Sabtu, 12 April
2025, di Banda Aceh.
Akkar menekankan bahwa film ini bukan hanya bentuk kerja sama budaya, tetapi
juga langkah strategis dalam mengangkat kembali kejayaan peradaban Aceh.
“Kesultanan Aceh memiliki peran strategis dalam sejarah peradaban Islam,
terutama ketika menjalin hubungan erat dengan Kekaisaran Ottoman. Fakta
sejarah ini harus kita angkat kembali sebagai kebanggaan Aceh dan bangsa
Indonesia,” ujarnya.
Pemerintah Aceh juga berkomitmen menyediakan akses terhadap situs sejarah,
manuskrip kuno, dan tokoh-tokoh budaya guna menjamin keautentikan isi film.
Menurut Akkar, film ini harus menjadi tontonan sekaligus tuntunan yang
tidak sekadar menghibur tetapi juga mendidik dan menumbuhkan kesadaran sejarah
bagi generasi muda.
Gubernur Muzakir Manaf, lanjut Akkar, turut mengapresiasi perhatian pemerintah
pusat terhadap kekayaan sejarah dan budaya Aceh. “Inisiatif Bapak Fadli Zon
adalah bentuk nyata perhatian pemerintah pusat terhadap kekayaan sejarah dan
budaya Aceh. Ini menjadi semangat baru bagi kami di daerah untuk terus
melestarikan, mengembangkan, dan mempromosikan warisan budaya yang kami
miliki,” katanya.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh, Almuniza Kamal, juga menyatakan
kesiapan penuh pihaknya dalam mendukung proses produksi film tersebut.
“Disbudpar Aceh siap bergerak sesuai arahan Bapak Gubernur Muzakir Manaf. Kami
akan berkontribusi aktif, baik dalam penyediaan data sejarah, pelibatan tokoh
budaya, hingga fasilitasi lokasi-lokasi bersejarah yang relevan,” jelas
Almuniza.
Ia menambahkan, film ini merupakan momentum besar untuk menegaskan peran Aceh
dalam sejarah dunia Islam. “Kita ingin dunia tahu bahwa Aceh pernah menjadi
pusat penting dalam jaringan peradaban Islam global. Ini adalah momentum besar
dan kami akan all-out mendukung,” tegasnya.
Sebelumnya, Menteri Kebudayaan RI, Fadli Zon, menyampaikan keinginannya
membuat film bersama tentang hubungan antara Kesultanan Aceh dan Kekaisaran
Ottoman kepada Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Turki, Mehmet Nuri Ersoy,
pada pertemuan di Ankara, Rabu, 9 April 2025, waktu setempat.
“Dalam kesempatan ini, saya menyampaikan bahwa Kementerian Kebudayaan Republik
Indonesia berkomitmen untuk mempererat hubungan sejarah dan budaya kedua
negara melalui berbagai upaya seperti produksi film bersama tentang Kekaisaran
Ottoman dan Kesultanan Aceh, pameran lukisan bersama, dan pembangunan rumah
budaya Indonesia di Turkiye,” tulis Fadli yang dilansir dari akun X resminya.
Baca Juga :
Aceh Darurat Sejarah, MPU Aceh Terbitkan Fatwa Penyelamatan Situs Sejarah
dan Cagar Budaya
Fadli Zon menjelaskan bahwa Indonesia dan Turki memiliki sejarah persahabatan
panjang yang dimulai sejak abad ke-16, meskipun hubungan diplomatik resmi baru
dibentuk pada 1950. Bukti-bukti sejarah seperti koin emas kuno bertuliskan
nama Sultan Aceh Alaudin Riayat Syah Al-Kahar dan Sultan Ottoman Suleiman I
ditemukan di Gampong Pande.
Selain itu, ratusan koin dari era Umayyah dan Abbasiyah serta makam tokoh
Ottoman di Gampong Bitai, Banda Aceh, juga menjadi bukti kuat hubungan dua
kerajaan tersebut.
Film ini diharapkan tidak hanya menjadi proyek sinema sejarah semata, tapi
juga menjadi bagian penting dalam memperkuat diplomasi budaya antara Indonesia
dan Turki, serta memperkuat identitas sejarah Aceh di mata dunia. [*]




